Kelompok :
Devirly Nanda 0811223015
Erna Ermawati 0811220080
Gusti Nur Octavia Sartika P.
0811223021
Rene Nindya 0811223129
Dampak komunikasi politik
1. Perubahan pengetahuan
:
Pengetahuan tentang ilmu politik
semakin berkembang meskipun masih relative baru. Ilmu politik mulai dikenal
sejak tahun 1960 oleh Gabriel Almond dalam bukunya The
Politic of the Development Areas. Almond berpendapat bahwa komunikasi politik adalah salah
satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik sehingga terbuka
kemungkinan bagi para ilmuwan politik untuk memperbandingkan berbagai sistem
politik dengan latar belakang budaya yang berbeda. Pada tahun 1960 mungkin
belum dikenal komunikasi politik namun tidaklah berarti bahwa tidak ada
studi-studi yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial (ilmuwan politik, ilmuwan
komunikasi, sosiolog, ataupun psikolog) atas masalah yang menjadi objek studi
dari komunikasi politik nantinya. Perubahan pengetahuan menjadi sangat
berpengaruh pada perubahan sikap, perilaku dan budaya politik. Adanya
media massa membuat pengetahuan politik kepada masyarakat semakin mudah.
Masyarakat semakin pandai untuk menentukan sikap dan perilaku. Perubahan
pengetahuan tidak hanya berpengaruh pada masyarakat saja tetapi juga pada
politisi. Mereka mempunyai kemempuan untuk mempersuasif dan melakukan
propaganda-propaganda.
2.
Perubahan
sikap
Menurut Windari
dalam Mahi M.Hikmat (2010: 138) sikap adalah faktor yang menentukan perilaku
karena berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap
merupakan suatu keadaan siap mental yang dipelajari dan diorganisasikan menurut
pengalaman serta yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi
seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa
ia berhubungan.
sikap merupakan
salah satu kajian psikologi yang dapat digunakan untuk meramalkan tingkah
laku, baik perorangan, kelompok, maupun suatu bangsa.
Menurut Harry
C.Triandis dalam Mahi M.Hikmat (2010: 139) sikap memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
a. Membantu orang
memahami dunia di sekelilingnya dengan mengorganisasikan dan menyederhanakan
masukan yang sangat kompleks dari lingkungan
b. Melindungi harga
diri orang dengan memungkinkan mereka menghindari dari kenyataan-kenyataan yang
kurang menyenangkan sehubungan dengan diri mereka.
c. Membantu orang
menyesuaikan diri dalam dunia yang kompleks ini dengan membuat mereka cenderung
bertingkah laku tertentu (yang diterima lingkungannya) untuk memaksimumkan
ganjaran positif dari lingkungan.
d. Memungkinkan
orang mengekspresikan nilai-nilai atau pandangan-pandangan hidupnya yang
mendasar.
Pemilih,
organisasi politik, eksekutif, dan diri pribadi anggota dewan mempengaruhi pembentukan perilaku
politisi. Perilaku anggota dewan didasarkan pada ide dan kepentingan
pihak-pihak tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa perilaku
anggota dewan ditandai pola-pola tertentu sesuai dengan hubungan antara mereka
dan pihak-pihak yang membawa pengaruh tersebut.
Menurut Abcarian dan Masannat dalam Mahim M.Hikmat (2010:
148), pola-pola tersebut secara perinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
The
Representative a Trustee
Pada pola ini, si wakil sebagai anggota
legislatif yang dipilih bebas bertindak atau mengambil keputusan menurut
pertimbangannya sendiri melihat kepentingan-kepentingan tertentu dalam proses
pengambilan keputusan. Meskipun ia menghargai pihak pemilih, tidak berarti si
wakil boleh mengorbankan pertimbangan pribadi.
2. The Representative as a Delegate
Pada pola ini, si wakil bertindak
sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya sedemikian rupa sehingga ia
selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
3. The Representative as Politico
Pola ini merupakan gabungan dari kedua
pola di atas. Tindakannya tergantung dari permaasalahan yang dihadapi. Apabila
isu atau permasalahannya bersifat mendesak atau berhubungan dengan kepentingan
pemilihnya, si wakil akan bertindak secra delegate. Namun, bila keadaannya tidak seperti di atas dasar
kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu trustee
4. The Representative as a Partisan
Pada pola ini, si wakil bertindak
sesuai dengan keinginan partai yang mendukung. Setelah dipilih, si wakil mulai
hubungannya dengan organisasi politik yang mencalonkannya dalam pemilihan itu.
3. Perubahan perilaku
Proses komunikasi politik akan menghasilkan effect
tertentu. Komunikasi politik merupakan proses perjuangan antar kepentingan
dalam suatu sistem politik dengan menggunakan tanda-tanda pesan baik verbal
maupun non-verbal. Komunikasi politik kadangkala membawa efek jangka panjang
(long-termeffect), seperti tuntutan perubahan sistem politik ke arah lebih
terbuka dan demokratis untuk konteks Indonesia. Perubahan perilaku ini
dikarenakan oleh semakin terbukanya sistem politik diindonesia sehingga
masyarakat semakin pandai mengambil tindakan yang tegas dalm proses politik.
4. Perubahan budaya politik
Komunikasi
politik merupakan suatu fungsi sistem yang mendasar (basic function of the
system) dengan konsekuensi yang banyak untuk pemeliharaan ataupun perubahan
dalam kebudayaan politik dan struktur politik. Budaya politik sangat beragam tergantung
bagaimana politisi dan masyarakat yang berada didalamnya. Budaya politik dapat
berubah seiring dengan perkembangan pengetahuan yang ada. Budaya politik akan
terus berkembang dari generasi ke generasi.
Berikut ini adalah beberapa
pengertian budaya politik yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk lebih
memahami secara teoritis sebagai berikut :
a. Budaya politik adalah aspek politik
dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat istiadat, tahayul, dan
mitos. Seluruhnya dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat. Budaya
politik tersebut memberikan rasional untuk menolak atau menerima nilai-nilai
dan norma lain.
b. Budaya politik dapat dilihat dari
aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau
materi, seperti sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek
generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti
militan, utopis, terbuka, atau tertutup.
c. Hakikat dan ciri budaya politik yang
menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip dasar yang melandasi suatu
pandangan hidup yang berhubungan dengan masalah tujuan.
d. Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan
norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap
orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau
mendorong inisiatif kebebasan), sikap terhadap mobilitas (mempertahankan status
quo atau mendorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan ekonomi atau
politik).
Umpan Balik Komunikasi Politik
(A-IK-5)
Komunikasi
politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan
politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai
komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”. Gabriel Almond (1960):
komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem
politik.
Umpan
Balik Komunikasi Politik
Komunikasi
merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi
yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis antarsesama.
Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat
ditelaah berdasarkan unrsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu komunikator,
pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil kajian
Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima unsur
ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan
keberhasilan komunikasi.
Umpan
balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator
tentang seberapa berhasil komunikasi yang dilakukannya. Jadi, umpan balik
(feedback) merupakan satu-satunya elemen yang dapat ’menjudge’ apakah
komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal.
Dengan
mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai
komunikator, kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita
tersampaikan atau tidak. Apakah umpan balik itu berupa respon negatif ataupun
respon positif.
Keberhasilan komunikasi bisa dilihat dari tujuannya: tercapai atau
tidak. Selain itu, sebelum melakukan komunikasi, kita harus mengetahui siapa
sasaran kita. Dalam hal ini, komunikator memainkan peranan penting dalam
komunikasi. Tujuan dari pesan itu sendiri harus disesuaikan dengan jenis pesan
yang akan disampaikan. Terutama dalam komunikasi politik, hal-hal apa sajua
yang ingin kita sampaikan kepada khalayak wajib dipikirkan terlebih dahulu
media serta gaya bahasa apa yang akan kita sampaikan.
Pemilihan media yang tepat dalam melakukan komunikasi turut memberikan
peranan dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Media primer yang paling
banyak digunakan adalah bahasa. Sedangkan dalam menggunakan media sekunder
(surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya). Umpan balik yang ditimbulkan
dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator tentang seberapa
berhasil komunikasi yang dilakukannya.
KAMPANYE
Kampanye adalah sebuah tindakan
politik
bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh
peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian
suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok,
kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, penghambatan, pembelokan
pecapaian
·
Komunikasi Politik di Indonesia
Kampanye pada dasarnya merupakan satu di
antara bentuk kegiatan komunikasi politik. Melalui kampanye diharapkan lahir
efek politik, yaitu perilaku memilih yang berpihak pada suatu partai politik
dan dalam jumlah yang maksimal. Model dan pendekatan kampanye yang dipandang
sukses pada suatu negara, belum tentu akan memperoleh hasil yang sama jika
diterapkan di lingkungan masyarakat dan negara yang berbeda.
·
Kampanye Politik sebagai Persuasi
·
Persuasi dalam Politik : Propaganda
Hingga Retorika
Ada tiga pendekatan persuasi politik, yaitu
propaganda, periklanan, dan retorika. Ketiga pendekatan itu memiliki persamaan,
yaitu semuanya bertujuan, disengaja, dan melibatkan pengaruh.
Propaganda
(dari bahasa Latin
modern: propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan) adalah
rangkaian pesan
yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat
atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi
secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi
pihak yang mendengar atau melihatnya.
Dimensi periklanan dalam persuasi
politik, menjadikan kandidat laksana produk. Produk menjadi sebuah kombinasi
yang beraneka ragam dari kandidat itu sendiri, citra politisi dan platform yang
menyokong, dipromosikan dan disampaikan kepada khalayak yang tepat (Bruce I.
Newman, 1999). Produk yang tidak dikenal, dengan teknik pemasaran yang baik dapat
dijual kepada pemilih sehingga memperoleh kesuksesan.
Retorika merupakan bentuk persuasi yang
menonjolkan komunikasi dua arah, dialektika, negosiasi, dan drama. Melalui
retorika yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk
mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader, dan yang
dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan, dan
pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai
konsubstansialitas.
·
Cara Membuat Pesan Kampanye Politik
1. Demografis
Berbicara
2. Kategorikan
3. Membangun
Koalisi
4. Membuat
Pesan Kampanye
·
Kesimpulan
Agar berhasil, kampanye harus memiliki
pesan yang kuat yang menargetkan para pemilih. Melalui polling, kategorisasi
dari pemilih, dan pembangunan koalisi, pesan kampanye dapat dibuat. Untuk
selanjutnya pesan tersebut perlu untuk dikomunikasikan dalam rangka untuk
menang pada hari pemilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar