Sabtu, 05 November 2011

(Kelas A POL 3) PESAN POLITIK



MAKALAH
PESAN POLITIK
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Komunikasi Politik”
Dosen Pengampu : DR Sobaruddin MM


Logo FISIP baru.jpg

  
       KELOMPOK CITRA GROUP :
1.      Muhammad Abdul Fatah              (105120513111001)
2.      Devita Nayla Adinata                     (105120507111010)
3.      Henny Prasetyo Puri                      (105120504111001)
4.      Alfi Chusny Hamidah                    (105120507111015)


ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya kepada kami semua sehingga kami mampu menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah ini tanpa halangan yang berarti. makalah ini disusun dari berbagai sumber yang ada untuk memenuhi tugas Komunikasi Politik dengan judul “Pesan Politik ”, semoga dalam penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan topik pembahasan yang terdapat dalam makalah ini.
            Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan yang kami miliki. Kami mengharapkan kritik dan saran atas penyusunan makalah ini agar dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya kami dapat memperbaiki dan menyempurnakannya lagi. Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

    Salam,

             Penyusun
                                   

i
DAFTAR ISI


Halaman Judul..........................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................................          i
Daftar isi................................................................................................................................... ii
Abstrak..................................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN………..............……………………………………..................
1.1  Latar belakang........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHAS.......………………………………………………………….............        
2.1  Isu Politik…………………................................................................................... 2
2.2  Sifat Pembicaraan Politik....................................................................................... 3
2.3  Fungsi pembicaraan Politik………………………………………........................ 5
2.4  Pesan Politik........................................................................................................... 6
2.5  Tujuan Komunikasi Politik..................................................................................... 8
2.6  Reputasi Politik........................................................................................10
BAB III : PENUTUP ……………........................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………......................................12





ii
ABSTRAK
Wacana politik yang berupa berita, opini, fenomena politik maupun iklan politik Sangat mempengaruhi terhadap iklim perpolitikan suatu negara. Karena dalan wacana politik tak jarang mengandung pesan-pesan politik tertentu yang berdampak sikologis maupun sosiologis terhadap masyarakat. Karena masing-masing partai politik mempunya kepentingan tersendiri dalam pewacanaan politiknya. Ini bisa kita analisis dari sifat, sikap dan pola dalam wacana politik untuk menciptakan citra politik yang baik

Kata kunci : wacana politik, iklim perpolitikan, dampak psikologis dan sosiologis dan citra politk.




























iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pesan politik sangatlah penting dalam dunia perpolitikan. Dimana pesan politik merupakan saluran aktor politik untuk kemajuan partai politiknya. Dari pesan politik yang disampaikan oleh aktor politik dapat memberikan pencitraan akan reputasi partai politik itu sendiri di kalangan khalayak. Reputasi positif maupun negatif yang timbul di dalam masyarakat tergantung dari cara komunikasi aktor politik kepada masyarakat. Sehingga sangatlah perlu kita mempelajari materi Pesan Politik ini. Agar kita sebagai calon aktor politik kelak dapat menjadi aktor politik yang berwawasan luas dan dapat berkomunikasi dengan baik di tengah masyarakat. Sehingga kita dapat di terima di tengah kehidupan masyarakat yang semakin ketat persaingannya.
Mengenai pesan politik itu sendiri, jika kita memandang pesan politik dalam perspektif  yang sangat luas, pesan politik dapat berupa kebiasaan-kebiasaan , aturan-aturan, struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. Untuk lebih membahas lebih luas pembahasan ini kita dapat liat dalam pembahasan selanjutnya dalam paper ini.

1.2  Tujuan
Dalam pembahasan ini di harapkan pembaca  bisa lebih mengetahui pesan politik itu sendiri, serta cara dan fungsi dari pesan politik yang di lakukan aktor politik kepada komunikan politik.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  ISU POLITIK, MENGUAK FENOMENA DIBALIK IKLAN POLITIK
Perayaan idul fitri 1932H kemarin dirayakan sangan meriah oleh kaum muslimin di Indonesia.  Berbagai perayaan dilakukan hampir di setiap tempat , di mushollah, masjid hingga hampir di alun-alun kota dan kabupatenpun ramai untuk merayakan hari raya tersebut. Bukan hanya penjual sembako dan  penjual busana muslim yang berusaha meraup keuntungan di miment tersebut manum, partai politikpun seakan tak ingin kecolongan dalam meraih ”berkah politik” dimomen idul fitri tersebut, liat saja aksi iklan politik  beberapa partai politik di indonesia yang merebah di berbagai media cetak dan elektronik setiap hari selama seminggu iklan politik kita temukan dikoran-koran lokal hingga nasional, begitu juga di televisi negreri maupun televisi-televisi swasta, hampir di setiap iklan komersial terdapat iklan .
Iklan politik dari berbagai partai politik besar di indonesia yang memberikan ucapan selamat idul fitri yang menatas namakan keluarga partai politik tertentu. Biasanya iklan politik tersebut diawali dengan menayangkan kaum proretar (orang desa/kuran mampu) yang sedang melakukan sesuatu lalu disusul dengan pemukulan beduk atau simbol berayaan idul fitri lainnya kemudian tokoh/ ketua umum partai tersebut menyalami dan mengucapkan selamat berari raya idul fitri.
Sekilas dalam kacamata umum memang iklan politik seperti itu tersesan biasa-biasa saja dan jauh dari maksud lain tertentu. Namun jika dainalisis lebih jauh ternyata iklan ttersebut memuat pesan politik tertentu yang berdampak cukup signifikan pada sikap penentuan dalam memilih partai politik bagi calon pemilih di pemilu yang akan datang dan reaksi awan dari iklan politik tersebut banyak kalangan awan yang salut dan senang dengan partai politik tersebut dan tak jarang juga dari kalangan mereka yang tertarik dengan iklan tersebut.
Bentuk penggunaan pesan politik  biasana menggunakan pesan politik dan peruasi politik, menurut  george grabrelanalisator politik bahasa politik yang dalam pesan politik berpijak pada empat hal,  pertama. Interaksi simbolik atau pesan-pesan politik yang digambarkan melalui gambar-rambat, kedua. Perspektif dramatistik, yaitu pesan-pean politik yang didramatisir sedemikian rupa hingga memberikan kepuasan pribadi dan dampak tidak langsung, ketiga. Psikonalistik, yaitu penyampaian pesan-pesan politik tertentu yang berpengaruh psikologis bagi pembaca atau pendengarnya, keempat,sosiolinguistik, yaitu penggunaan bahasa  yang dapat menimbulkan dampak sosiologis tertentu.
Bahasa politik dapat di indentifikasikan menjadi tiga cara yaitu melalui fungsi; misalnya penggunaan warna, ukuarn,  front huruf; melalui bahasa tertentu melalui gaya penbijaraan jika dilakukan sejara langsung  terhadap kmunikator politik tertentu  dalam kampanyenya  sedangkan jika dilakukan menggunakan media cetak kita dapat mengamati melalui warna, besar, front huruf dan tanda baca.

2.2  SIFAT PEMBICARAN POLITIK
Berbicara soal sifat yang tercermin dalam iklan vido partai GOLKAR  tersebut sudah jelas bahwa semua itu bukan semata-mata iklan biasa atau sekedar Ucapan kepedulian semata tapi dibalik itu semua terselubung permainan politik atau JELASNYA PENCITRAAN POLITIK..
            Itu semua tidak bisa kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,sejatinya dalm kehidupan ini semua hanya kamuflase semata,yang dibuat sedemikian rupa hanya untuk mempercantik suatu badan tertentu atu kelompok-kelompok manusia,dan jika di gabungkan dengan pemaparan vidio tersebut kita bisa membaca alur di balik ini semua dan membaca maksud apa yang terselubung di balik ini semua,sesui dengan Visi dan Misi partai GOLKAR Paradigma Baru Partai GOLKAR ini berisi pokok-pokok doktrin, visi, misi, dan platform politik. Di dalam perumusan Paradigma Baru ini ada terkandung aspek pembaruan sekaligus kesinambungan. Aspek pembaruan ditunjukkan melalui perubahan struktur atau kelembagaan, dan aspek kesinambungan tampak pada kekukuhan Partai GOLKAR untuk tetap berideologi Pancasila dan doktrin karya dan kekaryaan.
Pembaharuan ini disamping dimaksudkan untuk meluruskan sejumlah kekeliruan lama, juga diarahkan untuk mewujudkan Partai GOLKAR yang mandiri, demokratis, kuat soild, berakar, dan responsif. Dengan Paradigma Baru maka Partai GOLKAR diharapkan menjadi partai politik yang modern dalam pengertiannya yang sebenarnya. Yakni, tidak lagi sebagai “Partainya Penguasa” (the ruler’s party) yang hanya menjadi mesin pemilu atau alat politik untuk melegitimasi kekuasaan.
Pembaruan paradigma itu sendiri didorong oleh faktor utama yang berasal dari diri Partai GOLKAR sendiri, yakni jatidiri dan watak GOLKAR sebagai kekuatan pembaru. Sebagaimana disebutkan pada point keempat dari IKRAR PANCA BHAKTI GOLONGAN KARYA, etos atau semangat pembaruan pada sejatinya merupakan fitrah atau sikap dasar Partai GOLKAR sejak kelahirannya. Fitrah inilah yang mendorong dilakukannya pembaruan ini. Dengan demikian, pembaruan paradigma ini merupakan pengejawantahan belaka dari fitrah tersebut.
Paradigma Baru Partai GOLKAR ini talah mulai diwujudkan melalui pembaruan iternal, terutama terhadap struktur atau kelembagaan organisasi yang selama ini mempunyai akses yang terlalu besar terhadap organisasi yang membatasi kemandirian Partai GOLKAR.
Langkah-langkah pembaruan kelembagaan tersebut juga diikuti dengan diwujudkannya prinsip kedaulatan di tangan anggota. Yaitu mekanisme pengambilan setiap keputusan organisasi dilakukan secara lebih terbuka, demokratis, dari bawah (bottom-up), dan dengan pemungutan suara secara langsung. Melalui mekanisme yang demokratis ini maka terbukalah peluang bagi kader-kader untuk memimpin Partai karena memang dalam prespektif demokrasi kesempatan dan peluang perlu disediakan untuk semua, sehingga tidak terjadi pemusatan pandangan pada pesona figur tunggal yang mengarah pada kultus individu.
Implikasi lain dari serangkaian pembaharuan tersebut adalah sangat berarti, yakni Partai GOLKAR menjadi benar-benar mandiri dan mampu mewujudkan tegaknya asas kedaulatan di tangan anggota sebagai salah satu prinsip utama dari Partai yang modern, demokratis, dan mengakar. Partai GOLKAR bertumpu hanya pada kekuatannya sendiri, tidak mengandalkan kekuatan di luar dirinya, dan selanjutnya dapat mengambil keputusan-keputusan organisasional secara independen tanpa campur tangan dari pihak luar atau golongan manapun.

2.3  FUNGSI PEMBICARAAN POLITIK
Pembicaraan politik adalah suatu wacana dinamik dari kekuasaan,pengaruh,dan kewenangan,yang mendamaikan pertikaian melalui kegiatan simbolik.Pembicaraan politik menyelesaikan konflik sosial dengan menegosiasikan definisi makna kata-kata yang diperselisihkan dan aturan permainan kata. Kelompok-kelompok pemerintah dan swasta membuat struktur dan membatasi pembicaraan politik demi kebaikan kepentingan-kepentingan khusus.Hal itu dilaksanakan dengan dua cara pokok:
 Jaminan.Pertama ,para pemimpin politik menggunakan simbol-simbol untuk memberikan jaminan kepada rakyat bahwa masalah sedang diatasi,walaupun sebenarnya relatif kecil yang telah dicapai oleh kebijakan yang berlaku.Oleh sebab itu,membela kaum dan ketertiban mengesankan ketertiban mengesankan keberhasilan bahkan ketika tingkat kejahatan meningkat.
 Penggerak.Bentuk bahasa,kebijakan,lembaga dan tindakan para pemimpin politik melaksanakan fungsi,yaitu:melayani kepentingan pemerintah dan swasta dengan selubung jaminan publik
Meskipun kelompok-kelompok politik berbicara untuk memperoleh ganjaran material,banyak kepentingan yang kurang berminat untuk memperoleh keuntungan material tertentu dibandingkan dengan minat untuk memperoleh statusyang berkuasa.Yang menjadi masalah adalah keputusan tentang perilaku sosial yang sah dan siapa yang memiliki kewenangan untuk menetapkan apa yang moral dan imoral,setia dan tidak setia,dihukum dan tidak dihukum.Labelling adalah penerapan kata-kata ofensif kepada individu,kelompok,atau kegiatan.Asosiasi adalah turunan bahasa yang lain yang kaya akan kemungkinan untuk menetapkan hubungan atasan dan bawahan.
Kita masing-masing secara sinambung menyusun,memodifikasi,dan menyajikan citra diri yang bermakna melalui komunikasi dengan yang lain,termasuk pembicaraan politik kita. Pembicaraan yang ekspresif adalah wacana yang menyingkapkan identitas politik kita.Alat pengungkapan manapun,pembicaraan politik menyajikan kepada kita alat untuk menetapkan diri sebagai suatu lambang signifikan.Garis pemisah antara pembicaraan politik tentang perolehan material atau sosial dan wacana politik ekspresif ialah apabila orang menerima kepuasan simbolik murni dari pembicaraan yakni memperoleh lebih banyak kepuasan dari merenungkan dan mengungkapkan lambang politik ketimbang dari berbuat sesuai dengan apa yang dimiliki oleh lambang itu.
Claus Mueller membicarakan tiga tipe penyimpangan(distorsi),masing-masing sejajar dengan suatu bentuk pembicaraan politik Pertama,ada komunikasi terarah.Kedua,komunikasi tertahan. Komunikasi politik itu terkekang,penggunaan pembicaraan politik oleh kaum elit yang melayani diri sendiri untuk memajukan kepentingan material mereka.

2.4  PESAN POLITIK
Dalam komunikasi hal yang terpenting selain komunikator adalah pesan. Suatu pesan ditransformasikan pada titk-titik penyandian dan pengalihan sadi sehingga pesan merupakan pikiran dan ide pada suatu tempat pada system jaringan syaraf dari sumber atau penerima. Setelah penyandian terjadi dalam suatu situasi tatap muka, ditransformasikan ke dalam rangkaian getaran udara dan sinar-sinar cahaya yang terpantulkan.
Menurut Colin Cherry (dalam Fisher, 1986:365), suatu pesan mungkin, umpamanya, merupakan pikiran, namun pikiran ini tidak disampaikan secara fisik. Akan tetapi, bilamana bentuk fisik dari pesan ini disandi, maka berubah menjadi pikiran kembali dan karena itu menjadi pesan. Penegasan perbedaan anatara pesan dan isyarat diungkapkan juga oleh Clevenger dab Matthews (dalam Fisher, 1986;365). Ia membedakan anatara pesan dan isyarat atas dasar bentuk fisik dan lokasinya pada saluran. Isyarat atau signal adalah peristiwa fisiknya, dan pesan hanya terdapat pada saluran di dalam diri sumber atau penerima. Dalam setiap peristiwa komunikasi terdapat tiga buah pesan yang potensial, yakni pesan yang dikirimkan, yang diterima, dan yang terjadi dalam diri pengamat situasi komunikatif itu.
Effendy (2001:11) lebih menjelaskan maksud pesan berbentuk pikiran dapat berupa gagasan, informasi, opini, perasaan, dan lain-lain yang muncul di dalam pikiran komunikator. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, dan lain-lain yang timbuul di lubuk hati dan pikiran komunikator.
Dalam proses komunikasi politik pun, pesan politik merupakan komponen terpenting. Mengacu pada definisi komunikasi politik secara umum, pesan politik itu adalah pesan yang dibawa oleh komunikator politik, baik dalam bentuk gagasan, pikiran, ide, perasaan, sikap, maupun perilaku tentang politik yang memengaruhi komunikasi politik. Pada dasarnya, menurut Rochajat Harun dan Sumarno (2006:12), isi pesan komunikasi politik akan terdiri dari :
Ø  Seperangkat norma yang mengatur lalu lintas transformasi pesan-pesan.
Ø  Panduan dan nilai-nilai idealis yang tertuju pada upaya mempertahankan serta melestarikan system nilai yang sedang berlangsung.
Ø  Sejumlah metode dan cara pendekatan untuk mewujudkan sifat-sifat integratif  bagi penghuni system.
Ø  Karakteristik yang menunjukkan identitas bangsa.Motivasi sebagai dorongan dasar yang memicu pada upaya meningkatkan kualitas hidup bangsa.
Graber (1984:138) memandang pesan komunikasi politik dalam perspektif yang sangat luas. Menurutnya, pesam komunikasi politik dapat berupa kebiasaan-kebiasaan, aturan-aturan, struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. Bahkan, Muhtadi (2008:11) menegaskan bahwa pesan komunikasi politik itu adalah seluruh budaya politik yang berkembang di suatu negara

2.5  TUJUAN KOMUNIKASI POLITIK
Secara umum, tujuan komunikasi politik adalah penyampaian pesan-pesan politik dalam sebuah system politik tertentu oleh komunikator politik kepada komunikasi politik. Namun, secara khusus para ilmuwan memberikan batasan yang eksplisit tentang tujuan komunikasi politik ini saebagai berikut :
1.      Citra Politik
Menurut Robert (1977) (Arifin, 2003:105), komunikasi tidak secara langsung menimbulkan pendapat dan perilaku tertentu, tetapi cenderung memengaruhi cara khalayak mengorganisasikan citranya tentang lingkngan. Citra adalah gambaran seseorang (fitur) yang tersusun melalui persepsi yang bermakna melalui kepercayaan, nilai dan pengharapan. Menurut Dan Nimmo (2000 : 6-7), citra politik terjalin melalui pikiran dan perasaan secara subjektif yang akan memberikan penilaian serta pemahaman terhadap peristiwa politik tertentu.

2.      Pendapat umum
Pendapat umum diterjemahkan dalam bahasa Inggris, public opinion. Public opinion dikenal pada awal abad ke-18. Alguin menganggap bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Menurut William Albig (Aripin, 2003:116), pendapat umum adalah hasil interaksi antara orang-orang dalam suatu kelompok, sedangkan Whyte menyebut pendapat umum sebagai sebagai suatu sikap rakyat terhadap suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum. Maka itu, pendapat umum bisa diperinci sebagai (1) pendapat, sikap, perasaan, ramalan, pendirian, harapan-harapan individu, kelompok dalam masyarakat tentang masalah yang berhubungan dengan kepentingan umum atau persoalan sosial; (2) hasil interaksi, pikiran secara sadar dan rasional; (3) pendapat umum akan dapat dikembangkan, diubah dan dibentuk oleh media massa; (4) bisa dilakukan pada penganut demokrasi (keterbukaan).

3.      Partisipasi Politik
Partisipasi politik sebagai perhatian dari warga negara yang berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingannya terhadap pejabat publik. Miriam Budiarjo (dalam Faturahman dan Sobari, 2002:185) mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta aktif dalam memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidal langsung memengaruhi kebijakan pemerintah. Menurut Samuel P. Huntington, partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang bertindak secara pribadi atau kolektif untuk memengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, secara spontan atau terorganisasi, damai atau kekerasan, legal (pemilu) atau ilegal, dan efektif atau tidak efektif. Bisa berupa (1) Fungsi agregasi kepentingan. Pada fungsi ini terdapat proses penggabungan kepentingan, untuk kemudian dirumuskan dan disalurkan kepada pemegang kekuasaan atau pemerintah yang memegang kekuasaan dan yang berwenang untuk dijadikan kebijakan publik. (2) Fungsi artikulasi kepentingan. Pada fungsi ini terjadi proses sintesis aspirasi individu-individu sebagai anggota kelompok yng berupa ide, pendapat yang kemudian dijadikan pola dan program politik.

4.      Sosiologi Politik
Menurut David Easton dan Jack Denis, sosiologi politik sebagai suatu proses perkembangan seseorag untuk mendapat orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah laku. Robinson oleh Alexis S. Tan ( Harun  dan Sumarno, 2006:82) mendefinisikan sosiologi politik sebagai proses perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan proses belajar memahami peristiwa politik.

5.      Pendidikan Politik
Pendidikan politik adalah usaha menanamkan, mengubah atau memepertahankan sistam nilai atau orientasi politik dengan mengaktifkan proses sikap, perilaku, sistem berpikir, sertan pandangan seseorang atau kelompok, baik kader, simpatisan maupun masyarakat umum, yang dilakukan oleh politikus, profesional dan aktifis (sebagai komunikator politik) atau lembaga (organisasi) sebagai partai politik.

6.      Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik adaah suatu usaha untuk mengajak individu-indivisdu masuk ke dalam orientasi dan nilai politik yang pada akhirnya menjadikan anggota politik, baik sebagai simpatisan samapai menjadi kader politik dan pengurus organisasi politik

2.6  REPUTASI POLITIK
Dimana dari pencitra politik yang ada, maka akan muncul reputasi politik dari pencitraan tersebut. Reputasi politik itu sendiri merupakan penilaian masyarakat akan suatu partai politik tertentu, baik penilaian yang positif maupun yang negatif. Reputasi Politik muncul menyesuaikan kondisi yang terjadi. Setiap partai politik pasti menginginkan penilaian yang positif dari khayalak, sehingga sering kali partai politik menciptakan pencitraan akan eksistensi partai politiknya.
Oleh sebab itu pesan politik yang baik sangatlah penting dalam membentuk reputasi politik yang positif di tengah masyarakat. Tanpa adanya pesan politik yang tepat terhadap masyarakat, maka reputasi yang muncul pun kurang berkesan di tengah masyarakat. Sehingga respons masyarakat terhadap partai politik tersebut tidak membuahkan hasil yang baik bagi partai politik itu sendiri. Tidak dapat di pungkiri bahwa sebuah partai politik sangat membutuhkan respon yang baik dari masyarakat agar dapat menunjang kesuksesan partai politiknya. Jadi respon yang baik dari masyarakat sangat menguntungkan partai politik tersebut untuk tepat bertahan dengan persaingan partai politik yang semakin ketat. 



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bagi partai politik (politisi) untuk mengkampanyekan patainya tidak perlu menunggu jadwal kampanye dari KPU, malah hal tersebut adalah hal yang sangat turang tepat untuk mempromosikan partai politiknya dan jika dengan cara begitu hampir bisa dipastikan partai tersebut tidak akan memeroleh kursi satupun dipanggung legislatif. Melainkan konsep pempromosian (kampanyeiisasi) partai politik harus dimulai sejak dini sebagai upaya pengenalan dan pempromosian partai politiknya. Hal ini mereka lakukan bisa dalam konteks apapun  dan bahkan hal-hal yang tidak berbau politikpun bisa mereka megemoni melalui pesan-pesan politiknya yang besifat terselubung.
Di pengajian misalkan, majelis ini akan terasa bau politik jika acara tersebut disponsori oleh partai politik atau sayap kanan partai politik tertentu, dan sudah barangkalipula tema pengajian tersebut akan mengarah pada ajakan yang bersifat politis.
Hal ini mereka lakukan karena mereka tahu betul bahwa dalam marketing politik tidak ada yang lebih penting daripada melakukan kampanye dan sejak dini untuk mendapatkan reputasi yang baik dimata masyarakat. Dan jika demikian ini nantinya akan berdampak positif terhadap pendapatan suara dalam pemilu nanti. Semoga barokah..








DAFTAR PUSTAKA

·         Danial ahmad.2009, IKLAN POLITIK TV, MODERISASI IKLAN POLITIK PASCA ORDE BARU. Yogyakarta; LkiS
·         Dedy  mulyans. 2004, PEMILU SEBAGAI PREANG. Yogyakarta; LkiS
·         Hikmah, mahi m.2010, KOMUNIKASI POLITIK, TEORI DAN PRKATIK. Bandung; simbiosapers
·         Setiono Budi. 2008. IKLAN DAN POLITIK, MENJARING SEARA DALAM PEMILIHAN UMUM. Jakarta; AL GOAL.COM
·         Zen Fathurin. 2004, NU POLITIK, ANALISIS WACANA MEDIA. Yogyakarta; LkiS www.metrotvnews.com   

1 komentar:

  1. boleh fotokopy bukunya ga?? yag iklan dan politik karangan budi setiyono.. nanti uangnya saya transfer

    BalasHapus