Sabtu, 05 November 2011

MODEL KONSEPTUAL KOMUNIKASI POLITIK (A-IK-5)

Makalah
MODEL KONSEPTUAL KOMUNIKASI POLITIK


Disusun oleh:
Devirly Nanda Arianis 0811223015
Erna Ermawati 0811220080
Gusti Nur Octavia Sartika P 0811223021
Rene Nindya Pradipta 0811223129



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011 
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat bagaimana pentingnya komunikasi di dalam kehidupan sehari – hari. Komunikasi digunakan untuk pencapaian tujuan dengan menyampaikan informasi, maksud, ataupun gagasan – gagasan. Selain itu komunikasi di dalam kehidupan sehari – hari digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari pesan yang dikirimkan.
Melalui komunikasi akan tercipta pertukaran informasi antara komunikator dengan komunikan. Sehingga nantinya akan terjalin suatu hubungan dengan adanya feedback yang saling dikirimkan.
Di dalam dunia perpolitikan, penyampaian pesan kepada khalayak sangatlah penting. Hal ini dilakukan untuk penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakatnya, sehingga hubungan baik akan tercipta antara pemerintah atau pembuat pesan politik dengan khalayaknya. Dari sini dapat dilihat bagaimana pentingnya komunikasi sebagai sarana penyampaian maksud dan tujuan dari program – program pemerintah agar masyarakat dapat memahami dan mengetahui apa saja yang menjadi kebijakan pemerintah.
Di dalam makalah ini kami membahas tentang model konseptual komunikasi politik. Di mana bahasan kami ini akan mempelajari bagaimana komunikasi politik ini memiliki kegunaan dalam menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, atau sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah.
Kemudian bagaimana komunikasi dapat menjadi sebagai strategi dalam pemasaran politik yang dilakukan oleh pihak – pihak terkait yang berhubungan dengan dunia politik itu sendiri.

BAB II
GAMBARAN UMUM

Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian suatu pesan atau pemikiran yang dilakukan oleh komunikator melalui media agar maksud dari pesan yang disampaikan tersebut tersampaikan kepada komunikan yang menjadi tujuan dari penyampaian pesan itu sendiri.
Di dalam dunia perpolitikan, pesan menjadi suatu sarana penghubung pemikiran, ide, gagasan, ataupun maksud yang ingin disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat atau rakyat mereka. Di sinilah peran teori komunikasi dapat membantu dalam penyampaian pesan tersebut agar maksud dan tujuan tersampaikan.
Komunikasi politik bermanfaat untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, atau sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah.
Dalam model komunikasi politik pihak yang berperan sebagai komunikator adalah pemerintah. Di mana komunikasi yang dilakukan diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.
Pesan – pesan yang ada di dalam komunikasi politik itu sendiri pun berkaitan dengan peran Negara dalam melindungi semua kepentingan masyarakat (warga Negara). Sehingga bentuk pesannya itu sendiri dapat berupa keputusan, kebijakan, dan peraturan yang menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat, bangsa dan Negara. Khalayak dari komunikasi politik ini adalah pihak – pihak yang secara hukum terikat oleh konstitusi, hukum dan ruang lingkup komunikator suatu Negara.
Dalam Model Konseptual Komunikasi Politik ini terdapat tiga model, antara lain:
1. Model Sistemik
Model ini merupakan pola komunikasi politik yang utuh, satu-kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian di dalamnya dan saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
Teori dalam model ini merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel.

2. Model Proses
Dinamika komunikasi politik sangat berkaitan dengan model komunikasi, yaitu model transaksi simultan dari Melvin L.DeFleur. Dengan karakternya yg nonlinear, model ini menggambarkan tiga factor yang berpengaruh dalam proses komunikasi. Dan sisem komunikasi ini akhirnya akan membentuk model-model dari proses komunikasi politik.

3. Model Efektifitas
Kemampuan seorang tokoh dalam mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau ketrampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi politik juga memiliki hubungan yang cukup erat dengan pemasaran politik. Bagaimana sebuah komunikasi politik yang efektif dan tepat sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan dari memenuhi kebutuhan – kebutuhan politik sebagai suatu strategi persaingan dalam dunia politik. Karena pada saat ini semakin berkembangnya zaman, semakin maju pula persaingan politik, sehingga diperlukannya strategi pemasaran politik yang tepat pula.
Dengan menggunakan teori-teori komunikasi maka dapat dipetakan strategi apa yang harus digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan politiknya kepada komunikan.
Dalam bab pembahasan makalah ini akan dijelaskan lebih jelas dan mendetail unsur – unsur maupun faktor – faktor yang akan lebih memperjelas pemahaman mengenai Model Konseptual Komunikasi Politik.

BAB III
MODEL KONSEPTUAL KOMUNIKASI POLITIK

Komunikasi Politik terdiri dari 2 kata yaitu "komunikasi" dan "politik". Ketika kedua kata tersebut digabungkan, Komunikasi Politik menurut Meadow dalam Nimmo (2004) didefinisikan sebagai "political communication referes to any exchange of symbols or messages that to a significant extent have been shaped by or have consequences for political system."
Dalam hal ini, Komunikasi Politik merupakan ilmu multi disipliner antara teori komunikasi dengan sebuah sistem politik. Politik di sini mempunyai dimensi yang beragam mulai dari politik internal sebuah partai, partai dengan masyarakat, sampai dengan negara dengan masyarakat. Komunikasi Politik, seperti juga disiplin komunikasi lainnya juga terdiri atas berbagai unsur Model Laswell yaitu: komunikator politik (siapa), pesan politik (berkata apa), khalayak politik (kepada siapa), media (melalui saluran apa), dan efek politik (bagaimana efeknya) (Nimmo, 1999:13-20).
Komunikasi Politik adalah “Komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik” (Astrid S. Susanto).
Kegunaan Komunikasi Politik adalah “Menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, atau sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah”.
A. Komunikator Politik
Komunikator Politik menurut James Rosenau adalah “Pembuat Opini Pemerintah” :
1. Pejabat Eksekutif (Presiden, Kabinet, Ka. Penasihat)
2. Pejabat Legislatif (Senator atau DPD, Pimpinan Utama DPR)
3. Pejabat Yudikatif (Para Hakim MA, MK)
Komunikator Politik menurut Leonard W Dob dibagi dalam 3 macam, yaitu:
1. Politikus sebagai Komunikator Politik
Politikus adalah orang yang memiliki otoritas untuk berkomunikasi sebagai wakil dari kelompok atau langganan, pesan-pesannya mengajukan dan melindungi tujuan kepentingan politik. Artinya Komunikator Politik mewakili kepentingan politik. Namun demikian ada juga politikus yang bertindak sebagai Ideolog yang aktifitasnya membuat kebijakan yang luas, mengusahakan reformasi dan bahkan mendukung perubahan revolusioner.
2. Komunikator profesional dalam politik
Menurut James Carey, Komunikator Profesional adalah orang yang menghubungkan golongan elit dalam organisasi atau komunitas manapun dengan khalayak umum, secara horizontal ia menghubungkan dua komunitas bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur sosial yang sama. Menurutnya sifat komunikator ini adalah “bahwa pesan yang dihasilkan tidak memiliki hubungan yang pasti dengan pikiran dan tanggapannya sendiri”. Klasifikasi Komunikator Profesional adalah meliputi : Jurnalis, Promotor.
3. Aktivis atau Komunikator Paruh Waktu (Part Time)
Adalah orang yang mempunyai cukup banyak terlibat dalam kegiatan politik atau komunikasi politik tetapi tidak menjadikan kegiatannya sebagai lapangan pekerjaanya. Kategori komunikator ini adalah Jurubicara, Pemuka Pendapat, Pengamat.


Komunikator yang efektif memiliki ciri :
1. Mereka memandang manusia sebagai sebuah kompleksitas sehingga harus dipahami sebagai individu-individu yang tidak bisa digeneralisasi.
2. Komunikator dalam kelompok ini akan menghindari sikap kaku dalam berkomunikasi
3. Mereka akan menyeimbangkan kepentingan mereka dengan kepentingan orang lain.
4. Mereka sadar akan pentingnya mempertimbangkan apakah suatu hal atau ide harus dikomunikasikan atau tidak dalam satu sisi tertentu.
B. Pesan Komunikasi Politik
Pesan Komunikasi Politik adalah pesan yang berkaitan dengan peran Negara dalam melindungi semua kepentingan masyarakat (warga Negara). Bentuk pesannya dapat berupa keputusan, kebijakan, dan peraturan yang menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam pembicaraan politik, komunikator lebih banyak menggunakan instrumen komunikasi yang meliputi :
1. Lambang
Pembicaraan politik adalah kegiatan simbiotik. Kegiatan ini dapat berupa :
a) Pembicaraan otoritas dilambangkan oleh konstitusi hukum
b) Pembicaraan kekuasaan dilambangkan oleh parade militer.
c) Pembicaraan pengaruh dilambangkan oleh mimbar partai, slogan, pidato, editorial.
2. Bahasa
Bahasa dalam komunikasi politik merupakan suatu sarana yang sangat penting yang memiliki fungsi sebagai “Cover” bagi isi pesan (content message) yang akan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan sehingga pesan tersebut memiliki daya tarik serta mudah diterima oleh komunikan.
3. Opini Publik
Pesan yang disampaikan oleh komunikator politik dilakukan dengan memperhatikan secara seksama pendapat umum atau pendapat yang berkembang dalam realitas kehidupan masyarakat yang ada dan mengemuka melalui media massa cetak, audio, maupun audio visual serta media komunikasi langsung yang berasal dari elemen infrastruktur politik yang mengartikulasi kepentingan masyarakat luas, baik melalui media dialog, diskusi, konsep, pemikiran maupun orasi dilapangan (demonstrasi). Semuanya ditujukan untuk memelihara harmonisasi komunikasi antara komunikator politik dengan komunikan atau khalayak.
C. Saluran Komunikasi Politik
Dalam menyampaikan komunikasi politik para komunikator politik menggunakan saluran komunikasi politik dan saluran komunikasi persuasif politik yang memiliki kemampuan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, bangsa dan Negara.
Tipe – tipe saluran komunikasi politik adalah :
a) Komunikasi Massa (Surat Kabar, Radio, Televisi)
b) Komunikasi Interpersonal (Dialog, Lobby, Konferensi Tingkat Tinggi)
c) Komunikasi Organisasi (Komunikasi antar atasan, Komunikasi sesama bawahan)
D. Khalayak Komunikasi Politik
Komunikan atau khalayak dalam komunikasi politik adalah semua khalayak yang tergolong dalam infrastruktur maupun suprastruktur politik. Atau dengan kata lain semua komunikan yang secara hukum terikat oleh konstitusi, hukum dan ruang lingkup komunikator suatu Negara.
E. Model Konseptual Komunikasi Politik
Model konseptual komunikasi politik terbagi menjadi tiga, yaitu model sistemik, model proses, dan model efektifitas. Ketiga model ini umumnya terjadi dalam komunikasi politik.
1. MODEL SISTEMIK
Definisi Model Sitemik
Sistemik berasal dari kata dasar sistem. Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma), yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Shrode dan Voich dalam Nurudin, 2004). Sistem dalam bahasa Yunani (sustēma) yang artinya sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Serupa dengan definisi-definisi sebelumnya, Littlejohn (1999) mengartikan system sebagai seperangkat hal-hal yang saling mempengaruhi dalam suatu lingkungan dan membentuk suatu keseluruhan (sebuah pola yang lebih besar yang berbeda dari setiap bagian-bagiannya).
Dalam luphmama.wordpress.com memaparkan pendapat dari L. Ackof, bahwa sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya. Sedangkan L. James Havery berpendapat bahwa sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Menurut paradigma Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan Who?, Says What?, In Which Channel?, To Whom?, With What Effect?.
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Jadi, model sistemik komunikasi politik adalah suatu model, pola komunikasi politik yang utuh, satu-kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian di dalamnya dan saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
Empat Hal dalam Sistem
Lebih mendalam, Littlejohn mengatakan bahwa suatu sistem terdiri dari empat hal, yaitu:
1. Objek-objek. Objek adalah bagian-bagian, elemen-elemen, atau variabel-variabel dari sistem. Mereka bisa jadi berbentuk fisik, abstrak atau kedua-duanya, tergantung dari sifat sistem itu sendiri.
2. Atribut. Suatu sistem terdiri dari atribut-atribut, kualitas atau properti sistem itu dan objek-objeknya.
3. Hubungan internal, hubungan antara anggota dalam sistem tersebut.
4. Lingkungan, suatu sistem memiliki lingkungan. Mereka tidak hadir dalam suatu kevakuman, tetapi dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Contoh system yang melingkupi keempat hal tersebut adalah Partai Politik. Anggota-anggota dari partai politik (Ketua, Wakil, Sekretaris, Bendahara, Humas, dan lain-lain) tersebut merupakan objek dari sistem ini. Ciri-ciri mereka sebagai individu serta tugas masing-masing individu adalah atribut. Interaksi yang dilakukan antara masing-masing anggota di dalam partai politik tersebut merupakan hubungan internal yang terbentuk. Anggota dari partai politik tersebut tidak hanya bersosialisasi dengan sesame anggota saja, namun juga menjalin hubungan, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan pihak lain diluar dari partai politiknya.

Sifat Sistem
Sistem juga memiliki beberapa sifat. Menurut Littlejohn terdapat tujuh sifat sistem. Diantaranya adalah:
a. Keseluruhan dan interdependensi (wholeness and interdependence)
Suatu sistem adalah suatu keseluruhan yang unik, karena bagian-bagiannya berhubungan satu sama lain dan tidak dapat dipahami secara terpisah. Suatu sistem adalah produk dari kekuatan-kekuatan atau interaksi-interaksi diantara bagian-bagiannya. Dan bagian-bagian dari sistem saling bergantungan atau saling mempengaruhi dan bersifat tidak bebas.
Independensi dengan dapat digambarkan dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). DPR merupakan suatu lembaga yang bertugas menyalurkan aspirasi rakyat. Di dalam keanggotaannya, DPR saling terhubung antara individu satu dengan yang lain. Masing-masing dari anggotanya memiliki kebebasan namun tak seorangpun memiliki kebebasan penuh dengan keterikatan mereka satu sama lain.

b. Hirarki (hierarchy)
Sistem mempunyai hirarki, terdapat sistem yang lebih besar dimana suatu sistem adalah satu bagian disebut supra-sistem, dan sistem yang lebih kecil disebut subsistem.
Misalnya setingkat kelurahan. Supra-sistem adalah pemerintahan kecil dalam suatu kelurahan yang diperluas, yang mana menjadi bagian dari sistem yang lebih besar yaitu sistem pemerintahan negara. Beberapa pemerintahan kecil di kelurahan tergabung dengan pemerintahan kecil lainnya, dan setiap unit dapat memiliki subsistem-subsistem seperti unit RT, RW, Kepala Lurah, dan lain-lain.

c. Peraturan sendiri dan kontrol (self-regulation and control)
Sistem-sistem paling sering dipandang sebagai organisasi yang berorientasi kepada tujuan. Aktifitas-aktifitas suatu sistem dikendalikan oleh tujuan-tujuannya dan sistem itu mengatur perilakunya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bagian-bagian dari suatu sistem harus berperilaku berdasarkan garis-garis besar dan harus beradaptasi terhadap lingkungan pada basis umpan balik.
Dalam keanggotaan partai politik, masing-masing dari partai politik memiliki peraturan sendiri yang mengatur pola dari anggotanya, dan tentunya memiliki kontrol yang mampu mengendalikan dari tindakan-tindakan sehingga masih didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai bersama oleh seluruh anggota partai politik tersebut.

d. Pertukaran dengan lingkungan (interchange with environment)
Sistem-sistem berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka mengambil ke dalam dan membiarkannya ke luar materi dan energi, memiliki masukan-masukan dan keluaran-keluaran.
Contohnya, dalam melakukan kampanye, seorang calon anggota legislatif juga turut memperhatikan dan memberikan kontribusi kepada lingkungannya, kepada masyarakat disekitarnya. Setelah tergabung menjad anggota legislatif, pihaknya akan merealisasikan janji-janji, dan aspirasi rakyat.

e. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan, seringkali merujuk kepada homeostatis (merawat sendiri). Salah satu tugas dari suatu sistem, jika ia tetap hidup, adalah tinggal dalam keseimbangan. Sistem haruslah bagaimana pun mendeteksi bilamana rusak dan membuat penyesuaian untuk kembali di atas jalurnya, penyimpangan dan perubahan muncul dan dapat ditoleransi oleh sistem, hanya bila telah lama. Akhirnya, sistem itu akan jatuh berantakan jika tidak dapat merawat dirinya.
Kebutuhan bagi keseimbangan menjelaskan mengapa dalam pemerintahan begitu keras untuk menjaga beberapa hal seimbang. Seperti, mengambil kebijakan tatkalah terdapat permasalahan muncul, seperti pengalihan pemakaian minyak tanah sebagai bahan bakar menjadi LPG. Disamping itu, contoh lainnya adalah Pemerintah mengambil kebijakan berkenaan dengan kebijakan pasar bebas asia pasifik. Dari suatu pandangan sistem, jenis usaha ini adalah suatu upaya alami untuk mempertahankan homeostatis.

f. Perubahan dan kemampuan beradaptasi (change and adaptibity)
Karena sistem eksis dalam suatu lingkungan dinamik sistem haruslah dapat beradaptasi. Sebaliknya, untuk bertahan hidup, suatu sistem haruslah memiliki keseimbangan tapi ia juga harus berubah. Sistem-sistem yang kompleks seringkali perlu berubah secara struktural untuk beradaptasi terhadap lingkungan, dan jenis perubahan itu berarti keluaran dari keimbangan untuk sesaat. Sistem-sistem yang telah maju haruslah mampu merngatur kembali dirinya untuk menyesuaikan terhadap tekanan-tekanan lingkungan. Pengertian teknis bagi perubahan sistem adalah morfogenesis.
Dalam keanggotaan Komisi Pemberantas Korupsi atau yang lebih dikenal dengan KPK, anggotanya turut mengalami perubahan. Ketika beberapa anggota KPK terlibat kasus korupsi, pembunuhan, maka posisinya akan tergantikan dengan anggota yang baru. Dan mekanisme kerja yang meskipun tidak jauh berbeda namun tetap harus mampu beradaptasi dengan tantangan-tantangan lingkungan yang siap menghadang.

g. Sama akhirnya (equifinality).
Finalitas adalah tujuan yang dicapai atau penyelesaian tugas dari suatu sistem. Equifinalty adalah suatu keadaan final tertentu bisa jadi diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan titik-titik awal yang berbeda. Sistem-sistem yang dapat beradasptasi, yang memiliki keadaan final suatu tujuan, dapat mencapai tujuan itu dalam suatu beragam kondisi lingkungan. Sistem mampu dalam memproses masukan-masukan dengan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan keluarannya.
Pemerintah yang pandai akan mengetahui sifat-sifat dari rakyat, dan mampu mengambil kebijakan yang sesuai dengan harapan rakyat dan sesuai dengan keadaan negara pada saat tersebut. Cara mengambil kebijakan juga tidak dengan satu cara saja, namun dapat menggunakan cara-cara yang lain yang tetap pada aturan main.
Syarat- Syarat Sistem
1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
Contoh :
Dalam perebutan kekuasaan, perlu adanya pematangan system yang dibentuk sehingga bisa memprediksi masalah apa yang akan muncul dan bagaimana upaya penanggulangannya.

2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
Contoh:
Di dalam menetapkan suatu kebijakan, perlu adanya rencana-rencana atas kebijakan tersebut. Misalnya untuk menanggulangi adanya golput, maka terdapat aturan yang menyatakan bahwa dalam pemilihan umum golput dilarang, maka untuk mengimbangi aturan tersebut perlu pula adanya peningkatan kepercayaan mutu terhadap konsekuensi memilih tersebut. Misalnya jika memilih maka hajat hidup akan lebih baik.
3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
Hubungan ini saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Dalam melakukan orasi ketika berkampanye, tentu kita tidak bisa terlepas dari isi orasi tersebut, media apa yang digunakan dalam berkampanye, siapa sasaran dari orasi kampanye tersebut, dan siapa yang melakukan orasi. Hal ini tidak bisa berdiri sendiri-sendiri karena saling terhubung dan berkaitan satu dengan yang lain.
4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada elemen sistem.
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.
Pembagian Sistem
Secara garis besar, system dibagi menjadi dua, diantaranya adalah:
1. Sistem Fisik (Physical System) :
Kumpulan elemen-elemen/ unsur-unsur yang saling berinteraksi satu sama lain secara fisik serta dapat diidentifikasikan secara nyata tujuan-tujuannya.
Contoh :
Media massa : ketika melakukan kampanye menggunakan media massa sebagai penjembatan pesan yang disampaikan. Media massa ini mencakup media cetak seperti Koran, majalah, tabloid. Dan media elektronik mencakup radio dan televise.

2. Sistem Abstrak (Abstract System) :
Sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya ketergantungan ide, dan tidak dapat diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat diuraikan elemen-elemennya.

Model Umum Sistem


Input adalah bahan-bahan yang digunakan untuk sebuah pemprosesan untuk mengeluarkan output. Contohnya, dalam suatu kampanye pemilihan umum, perlu adanya mempersiapkan bahan-bahan yang mendukung dari kampanye tersebut, seperti, naskah kampanye, pendukung kampanye, tim sukses, calon yang melakukan orasi. Sedangkan proses, adalah suatu keadaan dimana terjadinya pengelolahan input disaat eksekusi. Proses, contohnya adalah pada dari H melakukan kampanye. Output merupakan hasil dari keseluruhan proses. Hasil ini adalah apakah masyarakat akan memilih atau tidak.

Karakteristik Sistem
1. Organisasi
Mencakup struktur dan fungsi organisasi. Struktur, terdiri dari sub-subsistem. Fungsi, organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya fungsi dari setiap bagian maupun sub bagian.
Contoh :
• Fungsi Presiden.
Bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diembannya termasuk hajad hidup rakyatnya.
2. Interaksi
Saling keterhubungan antara bagian yang satu dengan lainnya.
Contoh :
• Ketua DPR sangat berhubungan erat dengan Presiden dan Ketua MPR serta Menteri-menteri guna memajukan bangsa Indonesia. Mereka pastinya akan lebih intens melakukan diskusi atau bertukar informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan bangsa.
3. Interdependensi
Bagian yang satu mempunyai ketergantungan dengan bagian yang lainnya.
Contoh :
• Dalam kampanye, calon legislatif akan sangat tergantung dengan tim suksesnya
4. Integrasi / integritas
Suatu keterpaduan antara subsistem-subsistem untuk mencapai tujuan.
Contoh :
• Pihak pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Negara lain dalam bertukar hasil untuk memenuhi kebutuhan. Missal Indonesia dengan India. Indonesia mengimpor beras dan India mengimpor karajian tangan dari Indonesia
5. Tujuan pokok (Main Objection)
Pemusatan tujuan yang sama dari masing-masing subsistem.
Contoh :
• Persatuan antara Indonesia dengan negara-negara lain untuk perdamaian di Palestina
Teori Sistem
Teori sistem telah memiliki suatu pengaruh utama pada bidang studi komunikasi manusia. Adapun tokoh atau pelopor teori sistem adalah :
1. Gregory Bateson (dalam Littlejohn, 1999) adalah penemu garis teori yang kemudian dikenal sebagai komunikasi relasional. Ia berpendapat bahwa dalam berkomunikasi (sebagai wujud suatu sistem) peserta komunikasi menyampaikan suatu pesan yang memuat makna mendua dan hubungan komplementaris atau simetris. Pengertian pesan bermakna mendua, yaitu pesan yang memuat isi pesan (content message) dan pesan memuat hubungan (relationship massage). Pengertian hubungan komplementer, adalah satu bentuk perilaku diikuti oleh perilaku lawannya yang bersifat melengkapi. Dalam simetri, aksi seseorang diikuti oleh aksi sejenis oleh orang lainnya. Disini mulai telihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem, bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.
2. Aubre Fisher (dalam perspectives on Human Communication) menerapkan konsep-konsep sistem pada komunikasi. Analisisnya dimulai dengan perilaku seperti komentar verbal dan aksi-aksi nonverbal sebagai unit terkecil dari analisis dalam sistem komunikasi. Perilaku-perilaku yang dapat diobservasi ini (suatu pesan) merupakan kendaraan satu-satunya untuk menghubungkan individu dalam suatu sistem komunikasi. Fisher percaya bahwa aliran pembicaraan ini dengan sendirinya mengatakan sedikit tentang sistem komunikasi.
Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai hubungan diantara variabel dependen dan independen yang diasumsikan berinteraksi satu sama lain. Artinya perubahan dalam satu atau lebih dari satu variabel bersamaan atau disusul dengan perubahan variabel lain atau kombinasi variabel.
Anatol Rapoport menyatakan, “satu kesatuan yang berfungsi sebagai satu kesatuan karena bagian-bagian yang saling bergantung dan sebuah metode yang bertujuan menemukan bagaimana sistem ini menyebabkan system yang lebih luas yang disebut sistem teori umum”.
Berangkat dari pengertian-pengertian diatas, sistem komunikasi dapat diartikan sebagai seperangkat hal-hal tentang proses penyampaian pesan yang berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu keseluruhan.
Jika pengertian sistem komunikasi itu dipakai untuk mengamati suatu sistem pers, maka objek-objek dari sistem ini adalah insan pers (wartawan, dewan pers, institusi pers), pesan (berita, opini, iklan) masyarakat yang berkepentingan, pemerintah. Ciri-ciri atau kualitas dari mereka sebagai objek-objek sistem merupakan atribut sistem. Interaksi antara mereka membentuk membentuk hubungan antara anggota sistem. Sistem pers juga eksis dalam lingkungan politik. Anggota-anggota sistem komunikasi ini bukanlah orang-orang yang terisolasi dan hubungan mereka haruslah diperhitungkan untuk memahami sistem komuniaksi ini sebagai suatu unit dari sistem yang lebih besar.
Sebuah sistem bisa longgar atau ketat, stabil atau tidak stabil. Sistem lebih kecil yang disebut subsistem mungkin hidup dalam sistem yang lebih luas. Sebuah sistem memiliki batas-batas yang membedakan dari lingkungan. Setiap sistem merupakan jaringan komunikasi yang membuka aliran informasi untuk proses penyesuaian diri.
Setiap sistem memiliki inputs dan outputs. Sebuah output satu sistem mungkin menjadi input sistem lain yang biasa juga disebut “feedback”.



2. MODEL PROSES
Ilmu politik sangat berkaitan dengan ilmu komunikasi. Jika ditinjau dari segi tujuannya yaitu sama-sama mempelajari manusia. Manusia bukan lah mahluk individual yang dapat hidup sendiri. Manusia adalah makhluk yang berkelompok dan saling membutuhkan. Di ilmu komunikasi dipelajari bagaimana manusia itu hidup berkelompok dan mereka tidak dapat lepas dari komunikasi. Dan ilmu politik mempelajari bagaimana suatu Negara membentuk sistem-sistem dan menentukan tujuan dengan adanya pembentukan kekuasaan dari struktur yang jelas untuk kepintingan masyarakat. Sehingga sangat dibutuhkan komunikasi politik yang baik untuk dapat mencapai proses komunikasi yang diinginkan.
Komunikasi politik salah satu fungsinya adalah menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik masyarakat yang menjadi tujuan dari suatu system politik. Dan komunikasi politik juga berfungsi menyalurkan kebijakan yang diambil untuk dipahami secara kolektif sehingga menumbuhkan partisipasi produktif dalam membangun tujuan politik yang sama. Karena itu untuk mencapai salah satu tujuan komunikasi politik dalam suatu proses politik diperlukan sosialisasi politik. Sosialisasi politik diperlukan terutama untuk mempengaruhin kualitas interaksi masyarakat dengan kekuasaan. Melalui proses interaksi itu sosialisasi politik akan berfungsi paling tidak untuk menyampaikan informasi tentang berbagai agenda politik dari kekuatan politik tertentu.
Dinamika komunikasi politik sangat berkaitan dengan model komunikasi, yaitu model transaksi simultan dari Melvin L.DeFleur. Dengan karakternya yg nonlinear, model ini menggambarkan tiga factor yang berpengaruh dalam proses komunikasi. Dan sisem komunikasi ini akhirnya akan membentu model-model dari proses komunikasi politik. Pertama adalah factor lingkungan fisik, yaitu tempat dimana komunikasi berlangsung dengan menekankan pada aspek what n how. Kedua, factor situasi sosio-kultural, yaitu komunikasi merupakan bagian dari situasi social yang didalamnya terkandung makna cultural dan menciptakan identitas bagi para pelaku komunikasi. Ketiga, factor hubungan social, yaitu status hubungan para pelaku komunikasi sangat berpengaruh baik terhadap isi pesan ataupun terhadap proses bagaimana pesan tersebut dikirim dan diterima. Selain itu proses komunikasi politik juga dapat melalui proses komunikasi persuasif dan kampanye media.
Lingkungan Fisik
Proses komunikasi politik dapat dilihat dari lingkungan atau tempat dimana komunikasi tentang politik itu berlangsung. Jika terjadi di lingkungan awam tentang politik tentu akan adanya perbedaan karena adanya proses perumusan pesan-pesan komunikasi dan juga pengetahuan tentang politik jauh lebih sedikit dibanding dengan lingkungan yang setiap individu mengerti dan mempunyai pengetahuan tentang politik. Hal ini akan banyak berpengaruh pada hasil yang dicapai.
Maka sangat mudah seseorang politisi memperoleh banyak suara jika dilingkungan orang awam karena orang awam tidak terlalu dapat berfikir kritis tentang politik. Sering kali masyarakat mengalami perubahan-perubahan pemikiran tentang politik, perubahan itu berakibat pada aspek sikap dan perilaku politik. Hal ini dapat disebabkan oleh kuatnya arus informasi yang berkembang sehingga mempengaruhi cara berfikir masyarakat dan hal itu memperbesar perubahan yang terjadi pada lingkungan. Hal ini tidak selalu berakibat baik pada situasi politik yang diinginkan. Karena masyarakat yang awalnya pro akan menjadi kontra. Maka harus adanya proses komunikasi politik yang baik dalam suatu lingkungan tertentu.








Sosio - Kultural
Proses komunikasi politik dapat dilihat dari faktor situasi sosio-kultural. Setiap daerah mempunyai kebudayaan,begitu pula dengan budaya politik. Tentu saja ini berpengaruh pada proses komunikasi politik. Setiap politikus harus memahami dan mengerti kebudayaan politik jika ingin memasuki suatu daerah tertentu. Ada banyak hal yang membuat suatu kegiatan politik tidak berjalan sesuai rencana atau tidak mendapat dukungan yang besar, salah satunya adalah factor budaya politik. Politisi harus benar-benar mampu berkomunikasi dengan baik.
Budaya politik juga membentuk karakteristik atau identitas tertentu. Hal ini dapat ditinjau dari kampanye-kampanye yang kita lakukan untuk menarik perhatian public. Kampanye pemilihan umum idealnya merupakan proses penyampaian pesan-pesan politik yang salah satu fungsinya memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Melalui kampanye partai-partai politik berusaha meyakinkan massa pemilih dengan mengangkat berbagai agenda yang dinilainya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Karena itu setiap partai politik selalu berusaha menemukan cara-cara paling efektif untuk merekrut sebanyak-banyaknya massa






Hubungan Sosial
Proses komunikasi politik juga dipengaruhi oleh factor hubungan social. Hubungan social akan mempengaruhi proses pesan dapat dikirim dan diterima, isi pesan dan media yang digunakan. Hubungan social yang baik akan membuat proses komunikasi politik menjadi baik. Isi pesan akan dapat ditangkap dengan baik oleh berbagai pihak jika politisi mempunyai hubungan social yang baik dengan berbagai pihak.

Persuasive Politik
Persuasive adalah interaksi social dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain melalui kegiatan komunikasi,baik secara verbal dan non verbal. Guna dari komunikasi persuasive adalah sebagai isyarat yang disampaikan dan pengaruh social. Hal ini sangat penting dalam komunikasi politik. Karena suatu isi pesan dari komunikasi politik akan tersampaikan dengan baik dan public dapat terpengaruh dan menafsirkan suatu pesan seperti yang diinginkan oleh politisi. Komunikasi politik yang menggunakan komunikasi persuasive akan menjadi lebih sempurna karena dapat menggugah public untuk ikut mendukung politisi.







Kampanye Media
Proses komunikasi politik dapat menggunakan media. Salah satunya dengan menggunakan media. Hal ini dapat dilihat dari masa perang irak dan amerika. Pers memiliki peranan penting karena pers merupakan penyampai pesan atas peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Pers dapat mengendalikan massa dengan persuasinya yang kuat dan memberi pengaruh yang besar yang dapat mengubah persepsi orang saat melihat atau mendengar kampanye suatu partai politik. Jika dilihat dari sisi fungsinya, pers memang berfungsi antara lain untuk mempengaruhi. Masyarakat pembaca, pendengar, ataupun pemirsa dapat dengan halus digerakkan untuk tujuan-tujuan tertentu. Untuk menanamkan sikap pro ataupun kontra terhadap suatu objek, menumbuhkan kebencian, memupuk persahabahatan, meningakatkan peperangan, bahkan mungkin untuk membuat jalan perdamaian, pers dapat memainkan perannya sebagai suatu kekuatan yang independent. Maka ini adalah bukti bahwa suatu keberhasilan kampanye politik sangat ditentukan oleh bagaimana media massa memberitakannya. Hubungan social dari seorang politikus harus dapat dapat merangkul semua pihak agar dapat melancarkan proses kegiatan politik yang sudah dirancang.






3. MODEL EFEKTIVITAS
Komunikasi efektif menurut Littlejohn (1999) bisa dibangun dengan konsep saling ketergantungan (interdependency). Karena unsur paling penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang dikatakan atau ditulis, tetapi pada karakter komunikator dan bagaimana ia menyampaikan pesan kepada penerima pesan (komunikan). Melalui konsep saling ketergantungan ini, diharapkan munculnya efek saling percaya, saling menghargai dan saling empati.
Selain konsep ketergantungan tadi, Ariwibowo Prijosaksono dan Roy Sembel dari The Indonesia Learning Institute membangun 5 hukum komunikasi yang efektif (the inevitable laws of effective communication) kelima hukum ini yaitu :
1. Respect (penghargaan)
Respect (penghargaan) sangat diperlukan dalam mengembangkan komunikasi yang efektif. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Pada prinsipnya semua manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
2. Empathy (empati)
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Salah satu prasayarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti orang lain.
3. Audible (dapat didengar)
Audible (dapat didengar) adalah pemimpin hendaknya selalu mendengar umpan balik dengan baik. Pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan.
4. Clarity (jelas)
Clarity (kejelasan) pesan tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat berupa keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi seorang pemimpin perlu mengembangkan sikap terbuka dan dapat menimbulkan rasa percaya terhadap dari penerima pesan.
5. Humble (rendah hati)
Humble adalah sikap yang merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain.
Strategi komunikasi yang efektif :
1. Pembangunan citra ( image builder)
2. Peneguhan personalitas ( personality awareness)
3. Memposisikan (positioning)
Kemampuan seorang tokoh dalam mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau ketrampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif.




BAB IV
KESIMPULAN

• Komunikasi Politik adalah “Komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik” (Astrid S. Susanto).
• Komunikasi politik berfungsi menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, atau sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah.
• Seperti halnya dengan proses komunikasi, komunikasi politik juga terdiri dari unsur – unsur yang saling berhubungan dalam menyampaikan pesan atau maksud seperti pada proses komunikasi itu sendiri. Unsur – unsur tersebut terdiri dari:
1. Komunikator Politik yang merupakan “Pembuat Opini Pemerintah” menurut James Rosenau.
2. Pesan Komunikasi Politik yang bentuk pesannya dapat berupa keputusan, kebijakan, dan peraturan yang menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat, bangsa dan Negara.
3. Saluran Komunikasi Politik
4. Khalayak/Komunikasn Komunikasi Politik
• Dalam makalah ini kami membahas tentang Model Konseptual Komunikasi Politik yang terbagi menjadi tiga bagian. Model – model tersebut antara lain:
a. Model Sistemik
Model ini merupakan pola komunikasi politik yang utuh, satu-kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian di dalamnya dan saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
b. Model Proses
Untuk mencapai salah satu tujuan komunikasi politik dalam suatu proses politik diperlukan sosialisasi politik. Sosialisasi politik diperlukan terutama untuk mempengaruhin kualitas interaksi masyarakat dengan kekuasaan. Melalui proses interaksi itu sosialisasi politik akan berfungsi paling tidak untuk menyampaikan informasi tentang berbagai agenda politik dari kekuatan politik tertentu.

c. Model Efektifitas
Dalam melakukan komunikasi yang efektif menurut Littlejohn diperlukan konsep ketergantungan agar munculnya efek saling percaya, saling menghargai, dan saling empati. Lima hukum komunikasi yang efektif antara lain adalah:
1. Respect (penghargaan)
2. Empathy (empati)
3. Audible (dapat didengar)
4. Clarity (jelas)
5. Humble (rendah hati)


DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong U, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Rosdakarya, Bandung, 1994
Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, 6th Ed., Belmont CA, Wadsworth Publishing, 1999.
Muhtadi, asep saiful. 2008. Komunikasi politik Indonesia . Bandung. PT. REMAJA ROSDAKARYA
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2004.
Sutrimo, Sistem Komunikasi Indonesia, hands-out, Fisip Unas, 2005
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/03/sistem-komunikasi.html
http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/definisi-karakter-dan-kritik-terhadap-teori-sistem/
http://www.slideshare.net/auliaandri/buku-komunikasi-politik-pilgubsu-2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar