Jumat, 04 November 2011

Umpan Balik Komunikasi Politik (A-IK-5)




KOMUNIKASI POLITIK: UMPAN BALIK
Tugas Mata Kuliah Komunikasi Politik






Oleh:
Firdaus Zahra Deval               (0811220088)
Kresna Triwahyuning              (0911220094)
Kurniatul Hidayah                  (0911220095)
Mustofa Sulistyaningsih         (0911220103)



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

Komunikasi Politik
A.    Komunikasi
Pengertian komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”) Komunikasi secara terminologis meruuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia, bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Ada beberapa pernyataan para ahli tentang komunikasi, seperti kata Harold Laswell bahwa komunikasi itu meliputi lima unsur, yaitu:
·         Komunikator (siapa yang mengatakan?) “Who”
·         Pesan (mengatakan apa?) “Message”
·         Media (melalui saluran media apa?) “Channel”
·         Komunikan (kepada siapa? “To Whom”
·         Efek (menimbulkan dampak apa? “Effect”

B.     Politik
Ada banyak arti tentang politik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu system politik yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuandari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tuuan pribadi seseorang (private goals).
Beberapa definisi politik dari para ahli, Roger F. Soltau mengatakan bahwa ilmu politik mempelajari tentang Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembaga-lembaga yang akan melakanakan tuuan-tujuan itu; hubungan antara Negara dengan warga negaranya serta dengan Negara-negara lain. J. Barents mengatakan bahwa ilmu politik adalh ilmu yang mempelaari kehidupan Negara, yang merupakan kehidupan dari kehidupan masyarakat; ilmu politik mempelajari Negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya.


C.     Komunikasi Politik
Komunikasi Politik sebagai disiplin ilmu telah lama tercantum dalam kurikulum ilmu sosial, baik dalam kajian ilmu komunikasi maupun dalam kajian ilmu politik. Mendefinisikan komunikasi politik memang tidak cukup hanya dengan menggabungkan dua definisi “komunikasi” dan “politik”. Ada konsep terendiri untuk mengungkapkan apa arti kata komunikasi politik itu. Komunikasi dan politik dalam wacana ilmu pengetahuan manusia merupakan dua wilayah pencarian yang masing-masing dapat dikatakan relative berdiri sendiri, namun keduanya memiliki kesamaan-kesamaan sebab memiliki objek material ini membuat kedua disiplin ilmu itu tidak dapat menghindari adanya pertemuan bidang kajian.
Komunikasi politik secara keseluruhan tidak bisa dipahami tanpa menghubungkannya dengan dimensi-dimensi politik serta dengan segala aspek dan problematikanya.
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.

Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.

Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar sosal kenaikan BBM, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik. Sebab, sikap pemerintah untuk menaikkan BBM sudah melalui proses komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR.

Gabriel Almond (1960): komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik. “All of the functions performed in the political system, political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication,are performed by means of communication.”

Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.

D.    Umpan Balik
Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis antarsesama. Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima unsur ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi.
Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang dilakukannya. Jadi, umpan balik (feedback) merupakan satu-satunya elemen yang dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal. Keberlangsungan komunikasi yang dibangun sebelumnya ditentukan oleh umpan balik sebagai bentuk penilaian, dan bila dianalogikan lagi dengan seorang siswa-dia naik kelas atau tidak-maka, umpan balik adalah sebagai nilai raportnya.
Dengan mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai komunikator, kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita tersampaikan atau tidak. Apakah umpan balik itu berupa respon negatif ataupun respon positif. Contoh kecil ketika kita berceramah atau berpidato di depan khalayak umum. Maka kita akan dapat melihat reaksi apa saja yang dilakukan oleh pendengar di depan kita. Mungkin ada yang tekun memperhatikan, ada yang mengobrol dengan teman di sampingnya, ada yang menguap karena bosan, atau melakukan interupsi atas apa yang kita sampaikan. Semua perilaku atau reaksi yang dilakukan oleh penonton di depan kita merupakan umpan balik yang langsung diberikan kepada kita sebagai komunikator.
Dari uraian di atas, penjelasan-penjelasan tentang peranan unsur-unsur komunikasi dalam menentukan keberhasilan komunikasi saling berkaitan satu sama lain. Namun, pada dasarnya, umpan baliklah yang paling menentukan. Hal ini dikarenakan umpan balik sebagai hakim atau pos terakhir yang dapat memutuskan apakah komunikasi dapat berlangsung atau tidak.

E.     Umpan Balik Komunikasi Politik
Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan yang harmonis antarsesama. Keberhasilan komunikasi ini bila ditinjau dari segi keilmuan, maka dapat ditelaah berdasarkan unrsur-unsur yang ada di dalamnya, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan umpan balik. Kelima unsur yang merupakan hasil kajian Harold Laswell ini saling berkaitan dan mempengaruhi. Di antara kelima unsur ini, umpan balik merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi.
Keberhasilan komunikasi bisa dilihat dari tujuannya: tercapai atau tidak. Selain itu, sebelum melakukan komunikasi, kita harus mengetahui siapa sasaran kita. Dalam hal ini, komunikator memainkan peranan penting dalam komunikasi. Tujuan dari pesan itu sendiri harus disesuaikan dengan jenis pesan yang akan disampaikan. Apakah hanya supaya  komunikan megetahui (metode informative) atau komunikan melakukan tindakan tertentu (persuasif atau instruktif). Terutama dalam komunikasi politik, hal-hal apa sajua yang ingin kita sampaikan kepada khalayak wajib dipikirkan terlebih dahulu media serta gaya bahasa apa yang akan kita sampaikan. Ketika kita ingin menyampaikan pesan politik kita di depan masyarakat yang berada pada tingkat pendidikan dan ekonomi yang tinggi tentu penyampaiannya berbeda ketika kkita berbicara dengan masyarakat yang tingkat pendidikan serta ekonominya rendah. Mungkin sarana penyampaiannya, orang yang menyampaikan atau mungkin gaya bahasanya. Karena factor-faktor tersebut diataslah yang berpengaruh terhadap keberhasilan dari pesan yang ingin kita sampaikan.
Penjelasan keberhasilan komunikasi dalam kerangka tujuan menunjukkan betapa pentingnya elemen komunikator dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Karena dalam melakukan komunikasi, komunikator harus lebih dulu mengetahui keadaan komunikan. Keadaan komunikan yang sedang sedih, gembira, dan sebagainya sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Disinilah peran komunikator yang harus dapat menilai apakah komunikan dalam keadaan siap atau tidak untuk berkomunikasi. Bila dianalogikan dengan seorang siswa-naik atau tidak naik kelas-sebenarnya, bergantung pada kemauan siswa itu sendiri. Apabila komunikator maksimal dalam mengusahakan suatu komunikasi yang baik dengan mempertimbangkan segenap aspek komunikasi, termasuk media apa yang akan dipakai, baik itu media primer (dengan cara tatap muka), maupun sekunder (radio, televisi, surat, dan sebagainya), maka komunikasinya akan berhasil.
Pemilihan media yang tepat dalam melakukan komunikasi turut memberikan peranan dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Media primer yang paling banyak digunakan adalah bahasa. Kesalingmengertian dalam bahasa tidak hanya sebatas kerangka terjemahan saja, tetapi juga pada kerangka pemaknaan. Lebih lanjut, kesalingmengertian juga didasari pada faktor frame of reference. Sedangkan dalam menggunakan media sekunder (surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya), keefektifan tercapai dalam menjangkau komunikan dalam jumlah yang banyak (massa). Namun, kelemahan aspek ini adalah hanya sebatas pada pesan yang bersifat informatif saja. Sehingga umpan balik yang ditimbulkan tidak dapat diketahui secara langsung.
Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang dilakukannya. Jadi, umpan balik (feedback) merupakan satu-satunya elemen yang dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal. Keberlangsungan komunikasi yang dibangun sebelumnya ditentukan oleh umpan balik sebagai bentuk penilaian, dan bila dianalogikan lagi dengan seorang siswa-dia naik kelas atau tidak-maka, umpan balik adalah sebagai nilai raportnya.
Dengan mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai komunikator, kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita tersampaikan atau tidak. Apakah umpan balik itu berupa respon negatif ataupun respon positif. Contoh kecil ketika kita berceramah atau berpidato di depan khalayak umum. Maka kita akan dapat melihat reaksi apa saja yang dilakukan oleh pendengar di depan kita. Mungkin ada yang tekun memperhatikan, ada yang mengobrol dengan teman di sampingnya, ada yang menguap karena bosan, atau melakukan interupsi atas apa yang kita sampaikan. Semua perilaku atau reaksi yang dilakukan oleh penonton di depan kita merupakan umpan balik yang langsung diberikan kepada kita sebagai komunikator.
 Orang yang mendengarkan dengan tekun mungkin memberikan respon positif sedangkan yang mengobrol dengan teman di sampingnya memberikan respon negatif. Namun, kesimpulan ini tidak kaku. Artinya, mungkin tubuh orang yang ‘kelihatan’ tekun mendengarkan, berada di depan kita, sedangkan pikirannya jauh berada di luar sana. Namun sebaliknya, orang yang mengobrol dengan temannya, mungkin sedang asyik berdiskusi tentang apa yang kita sampaikan. Bahkan, diam pun bisa disebut sebagai umpan balik yang menandakan dua hal, apakah ia mengerti atau tidak sama sekali.
            Dari uraian di atas, penjelasan-penjelasan tentang peranan unsur-unsur komunikasi dalam menentukan keberhasilan komunikasi saling berkaitan satu sama lain. Namun, pada dasarnya, umpan baliklah yang paling menentukan. Hal ini dikarenakan umpan balik sebagai hakim atau pos terakhir yang dapat memutuskan apakah komunikasi dapat berlangsung atau tidak.




F. Apa yang Masyarakat Ketahui Tentang Kandidatnya: Millie, Murphy, dan isu

Kenapa masyarakat memilih satu kandidat dibanding yang lainnya? Pertanyaan ini tak pernah sesederhana seperti kelihatannya, dan banyak jawaban yang mungkin berkembang dalam dunia politik. Apa yang bisa kita katakan dengan beberapa tingkat kepastian bahwa masyarakat membuat keputusan untuk memilih berdasarkan apa yang telah mereka ketahui mengenai kandidiatnya. Ada suatu penelitian tentang masyarakat yang tidak terlalu memikirkan siapa sebenarnya kandidat mereka, tetapi yang mereka gunakan adalah apa yang mereka tahu dari kandidat tersebut.
Walaupun pemilih mengumumkan maksud dasar penggunaan hak pilih mereka berdasarkan isu dari pada informasi sepele mengenai kandidatnya, kebanyakan orang yang kita temukan, hanya tahu sedikit tentang fakta latar belakang kandidat politik mereka, pertanyaan yang mayoritas mereka tahu adalah: “Kandidat mana yang dalam keluarganya memiliki anjing bernama Millie?” dan “Apakah kamu ingat saluran TV Dan Quayle dikritik untuk membenahi kemisikinan dari nilai keluarga?”
86% tahu bahwa Millie milik keluarga Bush, dan 89% mengenali dengan benar Murphy Brown. Perbandingan dengan 19% yang tahu mengenai nama anggota Reagan/ Bush kabinet yang menjadi isu Iran/Kontra, Caspar Weinberger. Mungkin sebuah kejutan, dalam hal ini, hanya 23% yang mampu mengingat nama awal kampanye Clinton, Gennifer Flower.
Sebuah isu telah menjadi topik di minggu survey mendapat mayoritas kebingungan.  Pada permulaan minggu survey , Presiden Bush mencoba menggunakan hak veto melalui kongres untuk menjatuhkan sangsi kepada Cina mengenai penyalahgunaan hak asasi, kedudukan presiden telah diadopsi secara umum sejak Tiananmen Square mengambil tindakan keras. Meskipun demikian, ketika ditanya mengenai apa posisi Bush telah diambil alih Cina sejak Tiananmen Square, ketika mereka memberikan pilihan, hanya 44% tahu bahwa Bush telah menentang sangsi. Di sisi lain, masyarakat menyukai kolega Bush dengan sebuah kebijaksanaan dia tetap tidak setuju jika mereka menghubungkannya dengan yang ia kejar.

Ketika tiba pada catatan pemerintahan Clinton, kebebasan berpendapat mengenai catatan Clinton di Arkansas menyatakan bahwa catatannya mengenai pajak sangatlah ‘bagus’ (Pajak di Arkansas menjadi yang terendah di negaranya) walaupun pencapaiannya terhadap lingkungan sangat ‘buruk’ (grup monitoring memasukan Arkansas dideretan paling bawah mengenai kebijakan lingkungan). Meskipun demikian, ketika ditanya:
     “Sepengetahuanmu, berapa tinggi pajak di Arkansas ketika pemerintahan Clinton?” hanya 21% responden menjawab “hampir yang terendah di negara”, dan lebih dari 32% didapatkan laporan, faktanya “hampir menjadi yang tertinggi di negara”. Sama halnya ketika ditanya: “Bagaimana pencapaian pemerintahan Clinton mengenai lingkungan yang telah dimasukkan ke dalam peringkat oleh grup monitoring?”, hanya 19% yang menjawab “hampir yang terparah di negara” (52% mengatakan “berada di peringkat tengah” dan 7% “hampir menjadi yang terbaik”).
Kami menanyakan 21 pertanyaan factual tentang kandidat dan isu. Persentase rata-rata mengnai respon yang sesuai adalah 32%, seorang figur turun 27% jika lebih menyepelekan pertanyaan  “orientasi isu”.
Apa yang sangat mengejutkan, pada tanggapan ini, adalah bahwa antek-antek Clinton berasal dari kelompok berpendidikan rendah (hampir 25% tidak mengenyang pendidikan di perguruan tinggi), mereka secara keseluruhan, diinformasikan kelompok pengguna hak pilih paling tinggi, diikuti pendukung Perot, dengan pendukung Bush memiliki skor paling rendah.
Prediksi lain, kami menemukan lebih jauh masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya lebih banyak berasal dari yang berpengetahuan rendah (22% kelompok tidak menggunkakan hak pilih) dari pada masyarakat yang berpengetahuan tinggi hanya 10% yang tidak menggunakan hak pilihnya.
Ini juga khususnya bahwa pembukaan informasi utama di budaya kami, televise, tidak meningkatkan pengetahuan. Pecandu TV memiliki wawasan yang lebih sedikit ketimbang penonton TV level menengah. Kesamaannya, siapa yang mengandalkan TV sebagai sumber utama beritamemiliki skor lebih rendah ketimbang siapa yang mengandalkan sumber lain, misalnya surat kabar.

Disini, tanggapan masyarakat mengenai kandidatnya sangat dipengaruhi oleh keberadaan media massa, Seperti yang dijelaskan di atas adalah efek TV. TV bisa memutarbalikan image kandidat politik sehingga akan berdampak besar dalam proses pemahaman masyarakat.


Daftar Pustaka

Kaid Lee, Lynda. 2004. Handbook of Political Communication Research. Lawrance Erlbaum Associates Publisher: London
:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar